35.2 C
Jakarta
Monday, October 28, 2024
spot_img

Seminar Internasional Remembering 1989 Tiananmen Square Tragedy: Aksi Mahasiswa China di Tiananmen 1989 Menginspirasi Dunia

Jagakampung.id – Jakarta, Ciputat – UMJ –Aksi protes pro-demokrasi mahasiswa China di Lapangan Tiananmen Juni 1989 telah menginsiprasi dunia meskipun telah 34 tahun berlalu.

Ribuan mahasiswa saat itu menuntut demokrasi dan hak asasi manusia di China yang berpuncak dengan pemusatan kegiatan di Lapangan Tiananmen. Namun demikian aksi damai itu ditumpas dengan kekuatan militer sehingga berjatuhan korban yang versi resmi 400 orang meninggal namun ditaksir sekitar 10.000 orang meninggal.
Demikian salah satu butir pandangan dalam Seminar Internasional Remembering 1989 Tiananmen Square Tragedy: Why it Happened and how it was Crushed? yang berlangsung di Aula Kasman Singodimedjo di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta hari Senin (5/6/2023).

Seminar yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Politik dan Magister Ilmu Politik FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta diadakan dalam rangka memperingati 34 tahun tragedi di Lapangan Tiananmen dan dihadiri mahasiswa secara langsung dan secara online.

Peringatan tragedi Tiananmen diadakan di berbagai negara tepat pada Minggu 4 Juni 2023.

Pembicara seminar ini melibatkan kalangan akademisi dari India dan Indonesia. Dari India telah hadir secara virtual mantan Direktur Jenderal Infrantri militer India Letjen (Purn) Rameshwar Yadav Dekan School of International Studies, Jawaharlal Nehru University, Prof. Srikanth Kondapalli, dan Dr. Mahesh Ranjan Debata, Dosen Jawaharlal Nehru University.

Sedangkan dari Indonesia Dr. Sri Yunanto dari Program Magister Ilmu Politik, FISIP UMJ, wartawan senior Veeramalla Anjaiah, Dosen Program Studi Ilmu Politik FISIP UMJ Debbie Affianty MSI dan wartawan senior Telly Nathalia.

Seminar ini dipimpin oleh Dr. Asep Setiawan dari Prodi Magister Ilmu Politik FISIP UMJ. Kaprodi Magister Ilmu Politik Dr. Lusi Andriyani membuka acara mewakili Dekan FISIP UMJ Dr. Evi Satipsi.

Berita Lainya :  Akhir Pekan, 506 Wisatawan Berangkat ke Pulau Seribu Dari Pelabuhan Kaliadem Scan Barcode Peduli Lindungi

Dikatakan inspirasi karena dengan munculnya demonstrasi melibatkan ribuan orang di Beijing dan berbagai kota di China menunjukkan kekuatan mahasiswa yang menginginkan tegaknya demokrasi.

Aksi ini terpicu meninggalnya pemimpin Partai Komunis China pro Demokrasi Hu Yaobang bulan April. Mereka berunjukrasa selama tiga bulan yang terpusat di Lapangan Tiananmen sampai membuat sejumlah tiruan patung liberti, symbol kebebasan.

Wartawan senior Telly Nathalia memperlihatkan video liputan tragedy di Lapangan Tiananmen dimana mahasiswa berunjuk rasa secara bebas yang kemudian ditumpas dengan pengerahan tank dan tantara ke Lapangan Tiananmen.

Menurut Telly, salah satu yang terinspirasi unjuk rasa mahasiswa pro demokrasi itu adalah Indonesia 1998.Mahasiswa ikut menjadi motor Gerakan pro demokrasi yang berkulminasi pendudukan Gedung DPR/MPR sehingga Presiden Soeharto juga akhirnya mundur.

Peristiwa ini, jelas Telly yang juga ikut berdemo pada waktu itu, menunjukan adanya kesamaan dengan China dimana mahasiswa berperan dalam mendorong demokratisasi.

Dosen FISIP UMJ Debbie Affianty membenarkan bahwa tragedi Tiananmen ini menjadi inspirasi bagi gerakan pro demokrasi di Indonesia 1998.
Namun demikian kegagalan mahasiswa China, jelas Dekan School of International Studies, Jawaharlal Nehru University, Prof. Srikanth Kondapalli, dikarenakan kurangnya kekompakan di antara mereka. Disebutkan para mahasiswa yang berunjuk rasa di China dan terutama di Lapangan Tiananmen terpecah-pecah jadi beberapa kelompok.

Sedangkan penguasa waktu itu kompak mulai dari Partai Komunias China dan militernya sehingga dapat menumpas gerakan mahasiswa yang menelan korban banyak.

Berita Lainya :  Ke Pulau Seribu, 86 Wisatawan Berangkat Dari Dermaga Marina Ancol Sudah Scan Barcode Peduli Lindungi

Sementara itu Dr. Sri Yunanto menjelaskan bahwa jika membandingkan kondisi di China tahun 1989 dengan kondisi Indonesia 1998, ada kesamaan yakni terjadinya Gerakan mahasiswa menuntut demokrasi. Namun di Indonesia terjadi krisis ekonomi yang kemudian mendorong cepatnya perubahan politik. Sedangkan di China tahun 1989 tidak terjadi krisis ekonomi sehingga hanya mahasiswa yang bergerak untuk mewujudkan demokrasi di sana.

Dosen Prodi Ilmu Politik FISIP UMJ dan kandidat Doktor Hubungan Internasional Debbie Affianty mencatat bahwa setelah tragedi ini China memiliki beberapa karakteristik dalam perkembangannya.

Pertama China fokus kepada ekonomi di atas segala-galanya.

Kedua,penumpasan dengan kekerasan terhadap aksi demokrasi menyebabkan negara dan masyarakat teralienasi, masyarakat apatis dan elit hanya mengejar pembangunan nasional untuk kepentingan pribadi.

Ketiga, muncul sinisme dan tiadanya harapan karena idealisme yang pernah diperjuangkan terhenti.

Dalam bagian lainnya, wartawan senior Veeramalla Anjaiah menjelaskan ini adalah protes terbesar dan terlama dalam sejarah China. Bahkan diperkirakan, lebih dari satu juta orang mahasiswa, pekerja dan masyarakat umum, ikut serta dalam aksi protes damai tersebut. Para pengunjuk rasa menyerukan kebebasan, demokrasi, penghentian korupsi, reformasi ekonomi dan politik, sebagai tanggapan, pemerintah, yang dijalankan oleh Partai Komunis China mengirimkan 200.000 tentara dan ratusan tank serta kendaraan lapis baja untuk menumpas aksi protes tersebut pada tanggal 3-4 Juni 1989.

Pihak berwenang Beijing mengumumkan Darurat Militer pada tanggal 20 Mei untuk menekan protes, yang dimulai pada tanggal 16 April sebagai unjuk rasa kecil dan berubah menjadi protes besar-besaran.

Berita Lainya :  Hadapi Gelombang 3 COVID19, Polsek Kep Seribu Utara Gelar Simulasi Micro Lokcdown

Peristiwa Tianamen
Tragedi Tianmanen terjadi 34 tahun yang lalu pada tanggal 4 Juni 1989 dimana pemerintah China menghentikan pengunjuk rasa secara militer. Saat itu pemerintah China juga menangkap ribuan pengunjuk rasa di banyak kota di seluruh negeri itu. Tindakan keras dimulai pada malam hari tanggal 3 Juni. Militer meminta para pengunjuk rasa untuk meninggalkan Lapangan Tiananmen dan para pengunjuk rasa pun meninggalkan lokasi. Ketika mereka tiba lagi pada pagi hari tanggal 4 Juni, militer mulai menembaki pengunjuk rasa yang mayoritas mahasiswa.

Tidak ada angka pasti mengenai jumlah orang yang tewas dalam insiden Lapangan Tiananmen. Pemerintah China mengatakan 200 pengunjuk rasa tewas, sementara para pemimpin mahasiswa mengatakan sekitar 3.400 orang tewas.

Sejumlah personil keamanan juga tewas dalam penumpasan tersebut.
Menurut telegram diplomatik yang dikirim oleh Duta Besar Inggris untuk China saat itu, Sir Alan Donald, ke London, 10.000 orang tewas dalam penumpasan di Lapangan Tiananmen. Dalam unjuk rasa itu seorang pria tak dikenal yang membawa dua tas belanja berdiri di depan barisan tank untuk menghalangi tank-tank tersebut melintas pada tanggal 5 Juni di Beijing. Human Rights Watch menggambarkan aksinya sebagai tindakan yang patut dicontoh dan merupakan simbol perlawanan.

Ia terkenal dengan sebutan Tank Man. Pria itu tidak hanya berada di atas tank dan naik ke atas salah satu tank. Kemudian pria itu dibawa pergi oleh sekelompok orang tak dikenal dan dia menghilang di tengah kerumunan. Hingga hari ini, tidak ada yang tahu siapa orang itu. (Red/js)

Related Articles

JAGAKAMPUNG TV

- Advertisement -spot_img

Latest Articles

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Baca Berita Saatkita News