Terburuk Sejak 1999, Pertumbuhan Ekonomi RI Q2 2020 Minus 5,32%

    0
    17
    Konferensi pers Badan Pusat Statistik. (foto Ist)

    Jakarta, Jagakampung.com – Sudah diprediksi sejak awal tahun, pertumbuhan ekonomi RI akan mengalami kelambatan dan kian memburuk di pertengahan dan akhir tahun ini. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II (Q2) 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen year on year (yoy).

    Angka ini memburuk dari Q1 2020 yang mencapai 2,97 persen dan Q2 2019 yang mencapai 5,05 persen. “Perekonomian Indonesia Q2 2020 yoy dibandingkan Q2 2019 kontraksi 5,32 persen,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, dikutip Jagakampung dari situs nasional, Rabu (5/8/2020).

    Suhariyanto menjelaskan, kontraksi sebesar 5,32% itu merupakan yang terendah sejak triwulan I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13%.

    Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini juga yang terburuk sejak krisis 1998. Waktu itu pertumbuhan Indonesia minus 16,5 persen [sepanjang 1998]. Sementara itu pada Q2 2008 lalu, saat krisis finansial global melanda, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4 persen. Lalu secara keseluruhan sepanjang tahun pada krisis 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,1 persen.

    WAJIB BACA :  Ditpamobvit Polda Banten Lakukan Pengamanan Vaksinasi Di PT KIEC

    Pengumuman BPS ini juga mengonfirmasi kontraksi Q2 2020 lebih dalam dari prediksi Kemenkeu di kisaran minus 3,8 persen. Realisasi ini juga lebih buruk dari batas bawah prediksi Kemenkeu di angka minus 5,1 persen.

    Secara quarter to quarter (qtoq) pertumbuhan ekonomi Indonesia Q2 2020 terkontraksi atau minus 4,19 persen. Sementara itu pada Q1 2020 secara qtoq Indonesia sudah tumbuh minus 2,41 persen.

    Pertumbuhan Negatif

    Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini disebabkan oleh kontraksi di berbagai komponennya. Dari komponen pengeluaran misalnya.

    WAJIB BACA :  Goodyear Second Dynamic Simulator Membawa Pengembangan Ban Ke Level Baru

    Konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB tumbuh minus 5,51 persen. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB juga minus 8,61 persen.

    Ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen.

    Konsumsi pemerintah dengan porsi 8,67p persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.

    Pada Q2 2020, BPS juga mencatat sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.

    (*/RedHuge/Jagakampung)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini